Ya Tuhanku, sesungguhnya ummatku telah menjauhkan diri dari al Quran “
(QS Furqan : 30 )
Peristiwa demi peristiwa terjadi untuk menyudutkan kesucian Islam, baik dengan mengatakan Islam itu agama tertoris, dengan pelecehan karikatur nabi Muhammad, maupun dengan menghina kitab suci Al Quran. Tetapi pada saat yang sama, isu tersebut memberikan motivasi kepada orang barat untuk mengetahui lebih lanjut tentang Islam, pribadi Muhammad dan isi kandungan kitab suci Al Quran.
Mengapa demikian..? Sebab bagi orang yang berpikir, mereka tidak akan dengan mudah mempercayai isu yang berkembang, tetapi isu dijadikan wacana untuk mencari suatu kebenaran. Jika seseorang sudah terbiasa untuk berpikir objektif, maka informasi baik yang didapat dari media cetak, media maya, tidak dapat langsung dipercaya, tetapi harus dikaji ulang, sehingga mereka tidak mudah percaya dan mempercayai isu tersebut. Lebih lanjut lagi, isu menjadi topic untuk mencari kebenaran informasi. Inilah bukti dari ayat :
“orang-orang kafir membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu, dan Allah Ta’ala adalah sebaik-baik pembalas tipu daya“ (QS. Ali Imran : 54)
Menjadi wacana obrolan dan pembicaraan di Amerika Serikat. Peristiwa penghinaan al Quran di penjaran Guantanamo telah menjadikan kitab suci umat Islam itu menjadi benda yang mengundang keingintahuan orang Barat, terutama di luar komunitas muslim. Terlebih lagi kasus penistaan Al-Quran yang terjadi di kamp penahanan Guantanamo itu telah mengilhami CAIR, lembaga yang mengurus hubungan Amerika-Islam yang berpusat di Washington meluncurkan gagasan untuk membagikan Al-Quran gratis ke seantero Amerika. Kampanye berjuluk “Menyelami Al-Quran” itu bermaksud membuat warga Amerika memahami kitab suci tersebut.
CAIR mengklaim sekitar 6.000 warga Amerika telah meminta copy AlQuran untuk mereka pelajari. Kampanye pembagian AlQuran gratis ini sempat dipublikasikan oleh dua media cetak lokal: USA Today dan Wall Street Journal. CAIR mengaku kewalahan menerima permintaan yang masuk. “Setiap menit setidaknya empat sampai lima permintaan masuk ke kantor kami,” kata NIhad Awad, direktur Eksekutif CAIR
Dalam salah satu edisinya akhir bulan silam, Wall Street Journal menulis, “bagi umat kristiani, firman Tuhan menjelma dalam Yesus, sedangkan AlQuran adalah firman Tuhan yang dihimpun di dalam buku, setiap huruf Arab yang ada di dalamnya adalah napas dari firman yang Maha kuasa.” Menurut Awad, warga Amerika memiliki keingintahuan yang besar untuk mengetahui AlQuran. “Semakin dibicarakan, semakin besar keingintahuan orang,” kata Awad. “Dan biarlah Al-Quran itu sendiri yang menjelaskan dirinya sendiri.” CAIR mengakui, penistaan AlQuran di Guantanamo telah mencoreng wajah warga Amerika. “Perbuatan segelintir orang Amerika itu tidak bisa ditoleransi warga Amerika,” katanya.
Menurut data CAIR, para pemesan copy AlQuran berasal dari berbagai kalangan. Seorang polisi yang bertugas di kawasan berpenduduk muslim memesan Al-Quran untuk memudahkan tugasnya dalam memahami warga. Sejumlah pendeta Washington yang memesan AlQuran mengaku ingin menjelaskan kitab suci itu kepada jemaahnya. CAIR juga mengaku menerima permintaan dari berbagai pemeluk agama lainnya. Copy pertama yang diluncurkan CAIR pekan ini ke tengah warga Amerika itu berjumlah 25 ribu eksemplar. AlQuran yang mereka luncurkan merupakan terjemahan Abdullah Yusuf Ali. Kampanye pembagian AlQuran gratis ini diakui warga muslim Washington sebagai kesempatan emas untuk mempromosikan Islam. Sejumlah penelepon muslim memuji langkah CAIR tersebut sebagai cara yang baik untuk memperkenalkan Islam.
Menurut Awad, warga Amerika telah membaca berbagai jenis buku yang berlatar belakang agama, “Namun, saya yakin kebanyakan warga Amerika tidak pernah melihat apalagi menyentuh AlQuran.” CAIR mengakui, karena mereka menjalan kan program nirlaba, kampanye pembagian Al-Quran ini membutuhkan dukungan dari umat Islam. Bukan saja muslim Amerika, tapi juga seluruh dunia. “Kami tidak ingin kampanye AlQuran gratis ini memercikkan kontroversi baru di kalangan muslim,” kata Awad. “Kami lembaga legal dan transparan dan memiliki hubungan baik dengan pemerintah,” katanya. Kampanye AlQuran gratis ini juga mengundang perhatian pemerintah Amerika Serikat. Sejumlah pejabat dari kementerian luar negeri sering datang untuk menggelar diskusi dengan CAIR.
Orang barat sibuk mencari Quran, untuk mengetahui isi kandungannya, karena banyaknya informasi tentang Islam yang telah diselewengkan. Mereka tidak percaya dengan informasi dari berita, media sebelum membuktikan sendiri. Mereka juga tidak percaya dengan gambar-gambar dan keadaan umat Islam yang ditayangkan tivi, atau yang mereka lihat dalam kehidupan sehari-hari. Mereka ingin mencari Islam itu dari sumber aslinya.
Sumber asli suatu agama adalah kitab suci, dan pribadi Rasul. Itulah sebabnya sewaktu merebak issu tentang Islam, mereka segera membaca buku-buku yang berkaitan dengan Islam, terutama al Quran dan buku sejarah perjuangan dan pribadi nabi Muhammad saw. Ternyata kitab suci alQuran memberikan pencerahan kepada mereka, sebab isi alQuran bukan saja sebagai buku agama dalam arti yang sempit, tetapi merupakan buku rujukan dan pedoman untuk hidup dan menghadapi kehidupan. Seperti tertulis dalam awal surah al Baqarah: “Dzalikal kitab la raiba fihi, hudan lil muttaqin“. Kitab suci ini tidak ada keraguan di dalamnya dan dapat menjadi petunjuk bagi orang yang bertaqwa “.
Ayat ini bermakna setiap ayat di dalam al Quran, baik yang berkaitan dengan hukum, atau bercerita tentang kehidupan akhirat di masa mendatang, atau kisah masyarakat dan kaum zaman dahulu, juga ayat yang berkaitan dengan fenomena alam, dan berhubungan erat dengan sains, semuanya itu merupakan petunjuk hidup.
AlQuran sejak pertama menyuruh kita untuk selalu “Iqra“, mengkaji, membaca, menganalisa, kemudian memikirkan dan mengambil kesimpulan apa yang dibaca, baik yang tersirat dan yang tersurat. Al Quran memberikan pedoman kepada kita bagaimana menghargai waktu dengan “Wal Ashri“, demi waktu; dan tidak terpengaruh dengan hal-hal yang remeh, perkara yang “lagha“ (sesuatu yang tidak berguna), dan menyuruh kita setiap saat untuk berpikir kepada masa depan, berlomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat).
Bagi orang barat, dengan mengkaji al Quran mereka mendapatkan kebenaran atas informasi yang diterima, sehingga akhirnya mereka petunjuk mana yang benar dan mana yang salah. Bagi mereka yang mencari petunjuk hidup, setiap ayat yang dibaca, akan mereka pahami dengan benar, bukan hanya sekedar dibaca tanpa makna.
Sayangnya, bagi umat Islam, ayat-ayat Al Quran hanya dibaca untuk mencari pahala, tanpa harus berpikir untuk menyelami makna, padahal Ibnu Mas’ud pernah berkata bahwa pahala membaca dengan mencari makna lebih tinggi dari membaca saja tanpa makna. Ibnu Taimiyah, seorang ulama salaf mengatakan: “Siapa yang mengkaji al Quran untuk mendapatkan petunjuk darinya maka jalan kebenaran akan menjadi jelas baginya“.
Oleh sebab itu Ibnu Abbas berkata bahwa:
“Membaca surah al Baqarah dan Ali Imran dengan mencari makna dan memahaminya (tadabbur) lebih aku suka daripada membaca seluruh ayat-ayat (sampai khatam) tanpa makna“.
Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa, Rasulullah membaca satu ayat berulang kali agar dapat dihayati dan dipahami oleh makmum yang mendengar ayat tersebut. Abu Dzar menceritakan bahwa Rasulullah berdiri untuk menjadi imam bersama kami dalam suatu shalat di tengah malam, maka Rasulullah mengulang-ulang ayat “In tu’azzibhum fainnahum ibaduka“ (QS.Maidah:118) beberapa kali dalam bacaan ayat shalat tersebut. (hadis riwayat Nasai, dan Ibnu Majah dengan sanad sahih)
Sebagian umat lagi hanya menjadikan alQuran untuk mengusir syetan dan hantu tanpa memahami makna ayat tersebut. Sebagai contoh, banyak orang membaca ayat kursiy, surah alFalaq, sunah anNas jika ada perasaan takut dengan syetan atau hantu, tanpa memahami dan menghayati kandungan ayat yang dibaca dalam surah tersebut. Padahal makna ayat tersebut adalah untuk mengakui kekuasaan Allah, sebab Allah itu tidak tidur dan juga tidak mengantuk (la sinatun wa la naum), dan dengan membaca dan mehami kita yakin bahwa Allah Ta’ala menjaga manusia dari segala macam kejahatan makhluknya (min syarri ma khalaq), dan kejahatan lainnya. Keyakinan itu harus disandarkan kepada Allah, bukan kepada bacaan, sebab bacaan itu merupakan pengantar untuk keyakinan kepadaNya.
Ada lagi sebagian umat yang melihat surah-surah al Quran dengan melebihkan satu surah dan tidak memperdulikan surah lain, sehingga sibuk membaca surah yasin tanpa pernah membaca surah lain; padahal setiap surah, setiap ayat, itu mempunyai nilai petunjuk yang sama tetapi dalam keadaan berbeda. Jika manusia ingin mengatahui bagaimana menghadapi kesyukaran baca dan yakinlah dengan “Alam nasyrah laka sadrak..fa inna ma’al usri yusra“, bahwasanya setiap kesulitan pasti ada kesenangan. Jika kita ingin menghadapi musuh maka lakukanlah sikap berkorban yang melebihi dari orang lain, sebagaimana dinyatakan dalam surah “ An Nasr“. dan lain sebagainya.
Dikarenakan sebagian umat Islam telah tidak memfungsikan al Qur’an sebagai petunjuk hidup, dan tidak mencari atau memahaminya lagi sehingga Rasulullah berkata: “ Ya Tuhanku, sesungguhnya ummatku telah menjauhkan diri dari al Quran “ ( QS. Furqan: 30 ).
Orang barat sibuk mencari al Quran, membaca makna yang terkandung di dalamnya, dan akhirnya dengan izin Allah mereka mendapat petunjukNya, tetapi disaat yang sama orang Islam yang telah memiliki al Quran di rumahnya masing-masing lupa dan lalai untuk membacanya, apalagi mempelajari, mendalami makna yang terkandung di dalamnya, malahan sebagain pemikir liberal malah sudah sampai menjadikan al Quran menjadi permainan pemikiran liberalnya. Akibatnya, bisa jadi nanti di barat lebih banyak orang memahami Islam daripada orang Islam di negeri muslim itu sendiri. Fa’tabiru Ya Ulil albab.
0 komentar:
Posting Komentar